GEMI GRAMEEN BANK SYARIAH DI KECAMATAN PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA PASCA GEMPA 27 MEI 2006
GEMI INDONESIA
18.44
0
Membuktikan bahwa “ perempuan miskin dan termiskin“ juga berpotensi untuk diberdayakan
Oleh Pendamping GEMI : Budi Kolistiawan, S.Pd
I . Pendahuluan
Gempa tektonik yang melanda kawasan Yogyakarta
pada 27 Mei 2006 mengakibatkan rusaknya berbagai infrastuktur kehidupan
di antaranya: Pasar, sekolah, tempat ibadah, gedung-gedung pemerintahan
yang hancur dan rusak berat. Aktivitas
perekonomian juga lumpuh, hanya lalu lalang berbagai bantuan yang muncul
menyalurkan berbagai kepentingan. Setahun pasca gempa, kehidupan
perekonomian masyarakat mulai tumbuh. Pasar-pasar mulai dibangun,
toko-toko mulai menampakan eksistensinya. Kehidupan masyarakat yang
mayoritas adalah petani mulai kembali ke sawah-sawah mereka. Mereka yang tergolong masyarakat miskin tidak ingin berlama-lama dalam keterpurukan pasca bencana.
Mempertahakan
untuk hidup lebih baik sudah menjadi tradisi dari generasi ke generasi
mereka. Berbagai mata pencaharian yang bisa di kerjakan mencoba mereka
mulai kembali. Mereka yang biasanya berdagang, kembali berdagang dengan
modal seadanya. Mereka yang terbiasa bekerja menggarap sawah ladang,
kembali menggarap sawah ladang mereka walaupun di hantui harga pupuk dan
bibit yang semakin tidak terjangkau. Bukan cuma harga pupuk dan bibit
yang melambung tinggi. Mereka juga terkena dampak iklim ekstrim kemarau
yang melanda kawasan Indonesia setiap tahunnya yang di sebut elnino.
Iklim
kemarau membuat biaya menggarap sawah menjadi mahal. Kebanyakan para
petani kecamatan Pundong mengairi sawah ladangnya dengan menyewa pompa
air dengan biaya Rp. 25.000, perhari. Belum lagi biaya bensin yang harus
mereka keluarkan sedikitnya 5 liter perhari dengan harga Rp. 25.000,-
jadi total sehari mereka
mengeluarkan Rp. 50.000, - untuk sehari, belum ditambah biaya
pengerjaan serta modal untuk beli pupuk dan bibit. Semua itu dilakukan
karena saluran irigasi mereka kering dan rusak karena gempa.
Sekarang
kita lihat masalah perdagangan yang terjadi pasca gempa di kecamatan
Pundong yang merupakan salah satu kawasan yang paling parah di landa
bencana gempa. Walapun pasar tradisional sudah mulai dibuka tetapi yang
kembali untuk melakukan aktivitas berdagang masih sedikit kebanyakan
mereka mempunyai alasan yang sama yakni modalnya habis untuk membangun
rumah, dikarenakan biaya subsidi bantuan rekonstruksi rumah dari
pemerintah dirasa belum dapat mencukupi kebutuhan bangunan rumah mereka.
Mereka
yang tergolong masyarakat miskin dan tidak mempunyai pengetahuan yang
cukup untuk akses modal sangat kesulitan untuk mendapatkan modal untuk
membantu kehidupan perekonomian mereka. Banyak tawaran pinjaman modal
dari bank-bank komersial
dengan anggunan dan tingkat suku bunga yang cukup besar, sehingga
mereka yang tergolong masyarakat miskin tidak berani mengambil pinjaman
tersebut di karenakan ke khawatiran tidak dapat mengembalikannya.
Lembaga
Sosial Masyarakat YP2SU melihat permasalahan tersebut kemudian
berinisiatif membantu memecahkannya dengan membuat program yang bernama
GEMI singkatan dari (Gerakan Ekonomi Kaum Ibu). GEMI adalah LKM yang mengkhususkan pada anggota/nasabah “perempuan miskin” dengan memodifikasi kredit mikro dengan program pemberdayaan masyarakat yang berorientasi pada peningkatan kualitas hidup anggota dan keluarganya. GEMI (dalam bahasa Jawa artinya ‘berhemat’) adalah program pemberdayaan bagi kaum ibu pelaku usaha mikro melalui kredit mikro syariah berbasis kelompok dengan mereplikasi sistem Grameen. Tujuan utama GEMI
adalah untuk meningkatkan kualitas hidup anggota dan keluarganya. Visi
pendampingan GEMI ke depan menjadi mitra kaum ibu yang memiliki tingkat
ekonomi yang rendah, membangun kemandirian ekonomi dalam bingkai
keluarganya, serta menggalang solidaritas (gotong royong) dalam usaha
mensejahterakan masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
II. Konsep Perkreditan Grameen Bank Syariah GEMI
Hubungan
bank dengan calon anggotanya dimulai sosioalisasi dengan cara
penyuluhan, yang dilanjutkan dengan pendidikan (termasuk mengajari
pendidikan kedisiplinan wajib kumpul, membaca dan menulis), pengenalan
usaha, dan pelatihan. Tetapi, sebagian besar nasabah adalah mereka yang
sudah memiliki keterampilan disuatu bidang usaha, seperti kerajinan
rumah tangga, pertanian, peternakan dan perdagangan. Anggota yang
mempunyai keahlian ini akan mengajari keahliannya kepada anggota yang
lain dalam satu kelompok atau mengajari kelompok lainnya. Sehingga
tercipta suatu organisasi kelompok dengan saling memberdayakan.
Nasabah yang disebut sebagai anggota dikelompokan, setiap kelompok terdiri dari lima
orang. berikutnya setiap beberapa kelompok digabungkan dalam satu
senter (pusat pertemuan di sebut “Rembug”), yang setiap minggu berkumpul
untuk mencicil kredit dan membahas berbagai masalah dalam berusaha.
Anggota kelompok dipilih oleh kelompoknya sendiri, dengan ketentuan
harus berada dalam satu desa atau dusun dan bukan saudara. Kelompok
bertanggung jawab atas kelangsungan usaha dan cicilan anggota. Pinjaman
pertama yang diberikan untuk pertanian, usaha kerajinan,dan jasa-jasa
kemasyarakatan (sektor informal) pertama sebesar Rp.500.000,- yang
dicicil maksimal sebanyak 50 kali.
Pola
perkreditan LKM syariah GEMI meninggalkan semua prinsip-prinsip Bank
Komersial. Transaksi dibuat sesederhana mungkin. Oleh karena Grameen Bank
syariah versi GEMI mengutamakan orang yang termiskin diantara kelompok
orang miskin, maka sistem pemberian kredit dimulai dengan memilih dua
orang dari kelompok dengan pola realisasi 2-2-1. Satu minggu setelah
pengajuan pinjaman, 2 orang pertama tersebut mendapatkan kredit dan
cicilannya lancar. maka 2 orang berikutnya akan mendapatkan kredit.
Ketentuan ini menyebabkan semua anggota kelompok mengawasi dan
bertanggung jawab atas penggunaan kredit. Setelah 1 minggu kemudian,
jika pengembaliannya lancar, satu orang terakhir, baru mendapatkan
pinjaman kredit. Jika pembayaran kredit berjalan lancar sampai dengan
selesai. maka plafon kredit akan dinaikan sebesar plafon pokok dengan
ketentuan tertib hadir dalam pertemuan rembug, usaha mengalami
peningkatan dan lancar dalam mengangsur pinjaman. Semakin lancar
pengembaliannya maka, akan semakin besar jumlah simpanan anggota dan
semakin besar pula plafon kredit yang disediakan.
III. LKM Syariah GEMI Memajukan Kaum Perempuan (Ibu)
LKMS GEMI ingin menciptakan perbandingan 50-50 antara peminjam laki-laki dan perempuan. Tidak perlu waktu lama
bagi GEMI untuk melihat bahwa perempuan merupakan pihak yang lebih
efektif untuk melakukan perubahan. Kalau ada pendapatan tambahan untuk
keluarga melalui perempuan, maka makanan anak-anak, gizi dan kesehatan
keluarga, serta perbaikan untuk rumah akan mendapatkan prioritas utama.
Ditemukan bahwa laki-laki lebih cenderung menghabiskan sebagian
pendapatan mereka untuk kenikmatan pribadi. Ditemukan pula bahwa
perempuan memiliki risiko kredit yang lebih baik dari pada laki-laki dan
lebih bertanggung jawab dalam mengelola sumberdana yang kecil. Namun
alasan utama mengapa memilih perempuan sebagai pelanggan prioritas
adalah karena LKMS GEMI menugaskan dirinya untuk memberikan pinjaman
kepada yang paling miskin. Dan perempuan merupakan jumlah terbanyak dari
kelompok yang terpinggirkan di antara yang paling miskin dari yang
miskin. Pemberdayaan ekonomi perempuan memiliki dampak yang sangat besar
terhadap terbentuknya keluarga yang stabil
Tidak ada komentar